Kamis, 15 November 2018

Membersamai Perkembangan Buah Hati Tanpa Nanti

Dalam keseharian kita sering mendapat pertanyaan dari orang-orang, entah itu sebagai bentuk perhatian, basa-basi semata, atau hanya sekedar kepo. Tapi dari pertanyaan tersebut tak jarang yang menciptakan kita untuk berpikir ulang. Berpikir ihwal banyak hal, semacam introspeksi diri.

Kalau ibu-ibu tentu nggak abnormal dengan pertanyaan ihwal buah hatinya. Anaknya berapa bulan, Bu, udah bisa apa? Kemudian secara tak sengaja terselip kalimat perbandingan. Oh, jika anak aku umur segitu udah bisa ini, udah pinter itu, atau belum bisa tuh kayak gitu. Kalau udah gitu gimana? Ibu baper, deh! Ngedumel jika anaknya bukan materi study banding.  Percaya jika setiap anak itu berbeda dengan segala keistimewaannya, tapi lupa introspeksi diri gak sih? Kalau aku langsung kadang gitu. Lupa introspeksi jika tumbuh kembang anak bergantung pada lingkungan, salah satunya kita sebagai orang bau tanah yang perlu menawarkan stimulus alias rangsangan kepadanya.



Salah satu yang aku bahas di sini yaitu perkembangan motori bernafsu dan halus pada anak. Secara sederhana, motorik bernafsu berafiliasi dengan kemampuan fisik anak ibarat tengkurap, merangkak, berdiri, berlari, dan lain-lain. Sedangkan motorik halus berafiliasi dengan kemampuan anak lainnya ibarat memegang pensil dan benda kecil lainnya.

Anak saya, Denji, kini berusia 17 bulan. Berdasarkan artikel yang aku baca melului arfatoys.com (13/10/2013), perkembangan motorik bernafsu dan halus anak seusia Denji, yakni 1-2 tahun yaitu sebagai berikut:

Motorik kasar:
  • Mengangkat badannya ke posisi berdiri
  • Belajar bangun selama 30 detik atau berpegangan pada kursi
  • Dapat berjalan dengan dituntun
  • Mengulurkan lengan / tubuh untuk meraih mainan yang diinginkan

Motorik Halus:
  • Menggenggam bersahabat pensil
  • Memasukkan benda ke mulut